![]() |
S_Pict. 1: Shogun Minamoto no Yoritomo |
KESHOGUNAN KAMAKURA
Dulunya dalam buku
sejarah Jepang ditulis bahwa Keshogunan Kamakura
dimulai sejak tahun 1192 ketika Minamoto no Yoritomo diangkat sebagai Seii
Taishōgun, namun secara de facto Yoritomo sudah berkuasa dan memiliki lembaga
pemerintahan sebelum 1192. Keshogunan Kamakura juga bukan pemerintahan militer
oleh kalangan samurai yang pertama di Jepang, karena sebelumnya sudah dikenal
Pemerintahan klan Taira.
Pemerintahan atau
kantor shogun disebut "bakufu" (幕府), secara harafiah, pemerintahan di
tenda) atau "Keshogunan". Sistem politik yang disebut keshogunan
(bakufu) terus bertahan hingga Keshogunan Muromachi (Muromachi Bakufu) dan
Keshogunan Edo (Edo Bakufu). Dalam literatur klasik Azuma Kagami, istilah bakufu
hanya digunakan untuk rumah kediaman shogun, dan tidak digunakan untuk menyebut
pemerintah pusat oleh kalangan militer. Istilah "bakufu" untuk
menyebut pemerintahan kalangan samurai pertama kali digunakan sejarawan di
zaman Edo . Kalangan samurai biasanya menyebut
pemerintahan Kamakura
sebagai Kamakura-dono (Yang Dipertuan Kamakura).
Di akhir zaman
Heian sebenarnya sudah ada Pemerintahan klan Taira di bawah pimpinan Taira no
Kiyomori namun tidak disukai rakyat dan ditentang banyak pihak. Perlawanan
terhadap klan Taira dimulai sejak Persekongkolan Shishigatani dan secara resmi
dipimpin putra mantan Kaisar Go-Shirakawa, Pangeran Mochihito yang langsung
tewas dibunuh. Peristiwa ini menyebabkan bangkitnya kekuatan perlawanan
terhadap klan Taira di seluruh Jepang.
Minamoto no
Yoritomo yang sedang diasingkan di Izu ikut mengangkat senjata, tapi
ditaklukkan dalam Pertempuran Ishibashiyama. Dari tempat pelarian di Awa,
Yoritomo memimpin perjalanan panjang melewati Provinsi Kazusa dan Provinsi
Shimousa. Di tengah perjalanan, Yoritomo mendapat dukungan dari klan Taira
Bandō yang merupakan percabangan klan Taira di wilayah Kanto. Setelah menjadi
kekuatan yang patut diperhitungkan, Yoritomo mendirikan markas di Kamakura yang dulunya
pernah menjadi pusat kekuatan para pendahulu klan Minamoto. Lembaga
pemerintahan seperti Samurai Dokoro didirikan untuk mempersatukan berbagai
kelompok samurai di wilayah Kanto, sedangkan Yoritomo mendapat sebutan
Kamakura-dono (Yang Dipertuan Kamakura). Setelah memenangkan Pertempuran Fujigawa
dan mendapat dukungan kelompok samurai wilayah Kanto, Yoritomo memulai
pemerintahan di wilayah Kanto.
Setelah klan Taira
diusir dari Kyoto
oleh Minamoto no Yoshinaka pada bulan Juli 1183, Yoshinaka dan pengikutnya
mendukung Pangeran Hokuriku untuk naik tahta sebagai kaisar. Sementara itu,
pasukan Yoshinaka bertindak kejam terhadap warga kota
Kyoto .
Perkembangan situasi membuat mantan Kaisar Go-Shirakawa mengundang Yoritomo
untuk menguasai Kyoto .
Sebagai jawaban, Yoritomo menuntut agar kepemilikan tanah sistem manorialisme
di wilayah Tōkaidō, Tōsandō, dan Hokurikudō dikembalikan ke sistem lama yang
disebut Kokushi. Sebagai penghormatan terhadap Yoshinaka, permintaan tersebut
sedikit dilonggarkan dengan tidak memasukkan wilayah Hokurikudō yang dimiliki
Yoshinaka. Permintaan tersebut disetujui dan secara de facto, Yoritomo menjadi
penguasa wilayah sebelah timur Jepang.
Pada tahun 1184,
Yoritomo mendirikan lembaga pemerintahan, seperti kantor administrasi bernama
Kumonjo (kemudian berganti nama menjadi Mondokoro), dan kantor peradilan yang
disebut Monchūjo. Sementara itu, Yoritomo mengutus adik-adiknya, Minamoto no
Noriyori dan Minamoto no Yoshitsune untuk menghancurkan sisa-sisa klan Taira.
Dalam Pertempuran Dan no Ura, klan Taira dihancurkan dan sekaligus mengakhiri
perang saudara yang berlangsung selama 6 tahun.
Masih di tahun
yang sama (1184), Yoritomo menerima mandat dari mantan Kaisar Go-Shirakawa
untuk menyingkirkan Yoshitsune dan Minamoto no Yukiie dengan alasan telah
melanggar aturan pemerintah Yoritomo. Dalam usaha menangkap Yoshitsune dan
Yukiie, Yoritomo diberi mandat untuk memberhentikan serta mengangkat Jitō dan
Shugo yang bertugas memungut pajak berupa beras untuk perbekalan militer dan
sebagai pejabat di kantor pemerintah lokal. Berdasarkan mandat tersebut,
Yoritomo berkuasa atas kekuatan militer serta kepolisian di seluruh negeri, dan
sekaligus menandai berdirinya pemerintahan Keshogunan Kamakura yang menguasai seluruh Jepang.
Walaupun demikian, pemerintah Yoritomo baru menguasai seluruh wilayah Jepang
bagian timur setelah menghancurkan klan Ōshū Fujiwara dalam Pertempuran Ōshū
1189.
Pada tahun 1190,
Yoritomo ditunjuk sebagai panglima tertinggi kekuatan militer (Ukone no Daishō)
dan berbagai jabatan tinggi lainnya dalam pemerintahan, namun segera
mengundurkan diri. Ambisi Yoritomo adalah diangkat menjadi Seii Taishōgun dan
terlaksana setelah penentangnya, mantan Kaisar Go-Shirakawa wafat pada tahun
1192. Pengangkatan Yoritomo sebagai shogun juga sering digunakan untuk menandai
berdirinya Keshogunan Kamakura.
Setelah Yoritomo
meninggal secara mendadak di bulan Februari 1199, jabatan shogun diteruskan
oleh putra pewarisnya yang bernama Minamoto no Yoriie. Sewaktu diangkat sebagai
shogun, Yoriie masih berusia 18 tahun dan pihak keshogunan menganggapnya belum
mampu mengendalikan pemerintahan. Sebagai wakil Yoriie, pemerintah dijalankan
Dewan 13 Gokenin yang sebagian besar anggotanya berasal dari klan Hōjō yang
merupakan kerabat Yoriie dari pihak ibu (Hōjō Masako). Pasangan bapak-anak Hōjō
Tokimasa dan Hōjō Yoshitoki satu per satu menyingkirkan Gokenin yang
berpengaruh, termasuk Kajiwara Kagetoki pada tahun 1200, dan Hiki Yoshikazu
beserta anggota keluarganya pada tahun 1203.
Pada tahun 1203,
Yoriie sakit keras dan kakek dari pihak ibu, Tokimasa mengirimnya ke Provinsi
Izu dan dikenakan tahanan rumah. Setelah mengangkat adik Yoriie, Minamoto no
Sanetomo sebagai shogun berikutnya dan penguasa Kamakura , Tokimasa membunuh Yoriie pada tahun
1204. Selanjutnya, Tokimasa diangkat sebagai pejabat Shikken yang bertugas
sebagai pendamping shogun, dan pada praktiknya sebagai pemegang kendali
kekuasaan. Pada tahun berikutnya (1205), Tokimasa berusaha menjadikan
menantunya, Hiraga Tomomasa sebagai shogun, sehingga musuh Tomomasa yang
bernama Hatakeyama Shigetada dibunuh. Selanjutnya, Tokimasa berusaha
menyingkirkan Sanetomo, namun tindakan ini ditentang oleh putra-putrinya
sendiri, Hōjō Yoshitoki dan Hōjō Masako (ibu Sanetomo). Dengan dukungan Gokenin
yang berpengaruh, Tokimasa dipaksa untuk mengundurkan diri dari dunia politik,
sedangkan Hiraga Tomomasa dibunuh.
Hōjō Yoshitoki
diangkat sebagai pejabat shikken berikutnya. Di masa jabatannya, kekuasaan klan
Hōjō menjadi semakin kokoh, namun mendapat musuh baru, yakni Wada Yoshimori
(kepala Samurai Dokoro) dan pengikutnya. Sesuai dengan rencana Yoshitoki, Wada
Yoshimori beserta keluarganya dihabisi dalam Pertempuran Wada tahun 1213. Setelah
itu, pemerintah Keshogunan Kamakura terus dirongrong pemberontakan, dan
berpuncak pada terbunuhnya shogun ke-3 Minamoto no Sanetomo. Garis keturunan
utama Minamoto no Yoritomo terputus dengan tewasnya Sanetomo. Pihak Keshogunan
Kamakura meminta bantuan kaisar untuk menunjuk salah seorang pangeran sebagai
shogun. Permintaan tersebut ditolak mantan kaisar Go-Toba, sehingga kerabat
jauh Yoritomo dari keluarga Sekkan (aristokrat) yang masih kanak-kanak,
Fujiwara no Yoritsune diangkat sebagai shogun baru. Yoritsune dan dua generasi
shogun berikutnya disebut Sekke Shogun (shogun dari kalangan aristokrat),
sedangkan pada praktiknya, pemerintahan tetap berada di tangan klan Hōjō.
Keshogunan
Kamakura dianggap mantan Kaisar Go-Toba sebagai penghalang dalam menjalankan
kekuasaan politiknya. Kekacauan di Kamakura yang mengikuti tewasnya shogun
Sanetomo dianggap sebagai tanda keshogunan mulai melemah, dan merupakan
kesempatan bagi Mantan Kaisar Go-Toba untuk menggulingkan Keshogunan Kamakura.
Pada tahun 1221, mantan Kaisar Go-Toba mengeluarkan perintah untuk
menyingkirkan Hōjō Yoshitoki. Di luar perkiraan mantan Kaisar Go-Toba,
Keshogunan Kamakura memiliki basis pendukung yang kuat dari kalangan Gokenin.
Dalam perang yang berlangsung sekitar singkat, Keshogunan Kamakura berhasil
menghancurkan pasukan kekaisaran dalam waktu dua bulan.
Seusai perang,
Keshogunan Kamakura memutuskan hukuman pengasingan bagi mantan Kaisar Go-Toba
dan seluruh anggota keluarga, membantu Kaisar Chūkyō naik tahta, dan
menjatuhkan hukuman mati bagi samurai dan bangsawan dari pihak istana yang
mendukung mantan Kaisar Go-Toba. Rakyat terkejut dengan keputusan keshogunan
untuk mengasingkan mantan kaisar, kaisar, dan sejumlah pejabat menteri.
Pandangan rakyat berubah akibat keputusan yang diambil keshogunan, dan tidak
lagi memandang kaisar berkedudukan lebih tinggi dari kalangan samurai.
Selanjutnya, Keshogunan Kamakura mendirikan kantor Rokuhara Tandai di Kyoto
untuk mengawasi gerak-gerik pihak istana kekaisaran.
Keshogunan
Kamakura secara berturut-turut ditinggalkan para pendirinya. Hōjō Yoshitoki
wafat tahun 1224, diikuti Hōjō Masako serta Ōe Hiromoto yang wafat tahun 1225.
Jabatan shikken selanjutnya dijabat putra Yoshitoki yang bernama Hōjō Yasutoki.
Agar pergantian kekuasaan shikken bebas kekacauan, Yasutoki menciptakan jabatan
Rensho yang bertugas sebagai pendamping shikken. Kakek Yasutoki yang bernama
Hōjō Tokifusa diangkat sebagai pejabat Rensho yang pertama. Selain itu,
Yasutoki meletakkan dasar-dasar kepemimpinan kolektif dengan membentuk lembaga
Hyōjōshū yang bertugas memberi pertimbangan atas keputusan politik pemerintah.
Kasus peradilan
agraria yang semakin bertambah seusai Perang Jōkyū membuat Yasutoki merasa
perlu menetapkan prosedur peradilan yang jelas. Prosedur peradilan ditetapkan
Yasutoki menurut kitab hukum Goseibai Shikimoku yang mudah dimengerti dan
diterapkan. Keshogunan Muromachi juga terus menggunakan kitab Goseibai
Shikimoku sebagai dasar hukum. Berkat bakat kepemimpinan dan berbagai kebijakan
politiknya, Yasutoki berhasil meletakkan dasar-dasar pemerintahan oleh pejabat
shikken.
Yasutoki
mewariskan jabatan shikken kepada cucunya, Hōjō Tokiyori yang sangat menaruh
perhatian pada bidang hukum. Pada tahun 1249, Tokiyori mendirikan lembaga
pengadilan tinggi yang disebut Hikitsuke untuk menciptakan proses peradilan
yang lebih adil. Faksi yang dipimpin shogun sebelumnya, Minamoto no Yoritsune
bersama Nagoshi no Mitsutoki diusir karena berencana menyingkirkan Tokiyori
pada tahun 1246. Pejabat Gokenin yang berpengaruh, Miura Yasumura beserta
keluarganya juga dibunuh pada tahun 1247. Shogun Fujiwara Yoritsugu
disingkirkan pada tahun 1252 karena berkomplot melawan pemerintah keshogunan,
dan sebagai penggantinya Pangeran Munetaka diangkat sebagai shogun baru.
Pangeran Munetaka
merupakan shogun pertama dari kalangan pangeran (Miyashōgun) yang tidak turut
serta dalam pemerintahan. Keberadaan shogun pangeran membuat klan Hōjō semakin
berkuasa, dan kendali pemerintahan berpusat pada garis keturunan utama klan
Hōjō. Setelah Tokiyori jatuh sakit, jabatan shikken diwariskan kepada Hōjō
Nagatoki yang berasal dari percabangan klan Hōjō, tapi kendali pemerintahan
tetap tidak terlepas dari klan Hōjō. Pada waktu itu, istilah Tokuso digunakan
untuk menyebut garis keturunan utama klan Hōjō yang memimpin pemerintahan
tirani selama 9 generasi.
![]() |
S_Pict. 2: Shogun Ashigaka Yhosiaki |
KESHOGUNAN
MUROMACHI
Keshogunan
Muromachi (室町幕府
Muromachi Bakufu) atau Keshogunan Ashikaga (1336—1573) adalah pemerintahan
militer oleh samurai yang didirikan Ashikaga Takauji sebagai kelanjutan dari
Keshogunan Kamakura. Dalam periode historis Jepang, masa pemerintahan
Keshogunan Muromachi selama kurang lebih 240 tahun disebut zaman Muromachi.
Shogun ke-3
Ashikaga Yoshimitsu mendirikan rumah kediaman resmi shogun yang disebut Istana
Muromachi (Muromachi-dono) sehingga pemerintahan shogun klan Ashikaga disebut
Keshogunan Muromachi. Nama populer untuk Istana Muromachi adalah Hana no Gosho
(Istana Bunga). Sekarang ini, lokasi bekas Istana Muromachi berada di distrik
Kamigyō, Kyoto .
Ashikaga Takauji
mengumumkan 17 pasal Kemmu Shikimoku (Undang-undang Kemmu) sebagai kebijakan
dasar pemerintahan pada bulan November tahun 1336. Peristiwa tersebut menandai
berdirinya Keshogunan Muromachi. Walaupun demikian, pendapat yang berbeda
mengatakan bahwa Keshogunan Muromachi dimulai sejak Ashikaga Takauji dilantik
sebagai Sei-i Taishōgun oleh Kaisar Kōmyō dari Istana Utara pada tahun 1338.
Keshogunan
Muromachi berakhir tahun 1573 setelah Oda Nobunaga mengusir shogun ke-15,
Ashikaga Yoshiaki dari Kyoto .
Namun secara resmi, prosedur pemecatan Yoshiaki tidak pernah dilakukan,
sehingga kalangan samurai yang menentang Nobunaga masih memperlakukannya
sebagai shogun. Dalam direktori pejabat tinggi istana yang disebut Kugyōbunin,
Yoshiaki menuruti perintah kampaku Toyotomi Hideyoshi agar datang ke istana.
Yoshiaki melakukan sumpah setia di hadapan Hideyoshi, dan masih diperlakukan
seperti layaknya Jusangū (keluarga kaisar), serta dianggap sebagai shogun
hingga 9 Februari 1588.
Dari akhir zaman
Meiji hingga akhir Perang Dunia II, garis keturunan kaisar yang sah menurut
kebijakan resmi pemerintah Jepang adalah garis keturunan Istana Selatan.
Periode pemerintahan Istana Selatan disebut zaman Istana Yoshino dan bukan
zaman Nanboku-cho seperti lazimnya dikenal sekarang. Sebagai akibatnya, shogun
pertama hingga shogun ketiga, Takauji, Yoshiakira, dan Yoshimitsu tidak
dianggap sebagai shogun karena diangkat sebelum bersatunya Istana Utara dan
Istana Selatan.
Struktur
pemerintah Keshogunan Muromachi secara garis besar mengikuti struktur
pemerintahan berikut lembaga-lembaga pemerintah yang didirikan sebelumnya oleh
Keshogunan Kamakura. Sebagai landasan hukum dipakai Undang-undang Kemmu (Kemmu
Shikimoku) yang ditetapkan oleh Ashikaga Takauji pada tahun 1336. Kitab
Undang-undang Goseibai (Goseibai Shikimoku) yang disusun pada zaman Kamakura dipakai dalam
praktik sehari-hari. Selain itu, bila diperlukan dipakai kitab hukum pelengkap
bagi Goseibai Shikimoku yang disebut Kemmu Iraitsuika.
Pada awalnya,
pemerintahan Keshogunan Muromachi (Istana Utara) tidak stabil karena harus
menghadapi pemerintah Istana Selatan. Pemerintahan terpusat di tangan shogun
dengan bantuan wakil shogun yang disebut kanrei, dan lembaga-lembaga
pemerintahan seperti Samurai-dokoro, Mandokoro, Monchūjo, Hyōjōshū, dan
Hikitsukeshū.
Dalam menjalankan
pemerintahan, shogun dibantu dewan yang beranggotakan para shugo daimyō.
Dibandingkan dengan pejabat shikken zaman Kamakura
yang sangat berkuasa, pada praktiknya, pejabat kanrei zaman Muromachi tidak memiliki
hak dalam pengambilan keputusan. Pada prinsipnya, semua keputusan pemerintah
diambil berdasarkan rapat-rapat. Pejabat kanrei yang membantu shogun diangkat
secara bergantian dari klan Hosokawa, klan Shiba, klan Hatakeyama yang semuanya
merupakan shugo daimyō berpengaruh. Kepala lembaga Mandokoro diangkat secara
bergantian dari klan Akamatsu, klan Isshiki, klan Yamana, dan klan Kyōgoku.
Pengambilan keputusan oleh keluarga besar klan Ashikaga merupakan ciri khas
pemerintah Keshogunan Muromachi. Posisi penting dalam keshogunan dan sebagian
besar shugo daimyō berasal dari keluarga besar klan Ashikaga, seperti: klan
Hosokawa, klan Shiba, klan Yamana, klan Isshiki, klan Hatakeyama, klan
Shibukawa, klan Imagawa, dan klan Uesugi (garis keturunan pihak ibu).
Kepemilikan tanah
berdasarkan sistem tanah milik bangsawan dan negara (shōen kōryō-sei) yang
berlaku di zaman Kamakura
mengalami keruntuhan di zaman Muromachi. Sebagai penggantinya adalah sistem
kepemilikan tanah oleh shugo daimyō (shugo ryōkoku-sei). Pada zaman Kamakura , shogun dan
kalangan samurai (gokenin) berpengaruh di daerah mengikat secara langsung
kerjasama berdasarkan saling percaya. Sebaliknya pada zaman Muromachi, gokenin
merupakan bawahan langsung dari shugo daimyō. Shugo daimyō akhirnya tampil sebagai
kekuatan militer yang kadang-kadang sama kuatnya dengan kekuatan militer milik
shogun Muromachi.
Pada beberapa
kasus, shugo daimyō yang telah menjadi terlalu kuat secara militer diusir oleh
shogun. Namun, peristiwa shugo daimyō memerangi keshogunan tidak pernah
terjadi. Sebagian besar shugo daimyō merasa puas karena sudah diangkat sebagai
penguasa daerah oleh shogun.
Seusai Kerusuhan
zaman Kan-ō, Ashikaga Takauji mendirikan kantor pemerintah Kamakura (Kamakura-fu) yang memerintah 10
provinsi yang terletak di Jepang bagian timur. Sebagai Kamakura Kubō (kepala
kantor pemerintah Kamakura )
adalah putra Takauji yang bernama Ashikaga Motouji, dan diteruskan oleh anak
cucunya. Wakil Kamakura-fu disebut Kantō Kanrei. Pejabat Kamakura Kubō dan klan
Uesugi yang menjabat Kantō Kanrei akhirnya berselisih dengan Keshogunan
Muromachi.
Keshogunan
Muromachi secara langsung merekrut kelompok samurai dari wilayah Kanto dan
Tohoku yang disebut Kyōto Fuchishū. Di masa pemerintahan shogun Ashikaga
Yoshinori, Kamakura Kubō generasi ke-4 yang bernama Ashikaga Mochiuji memimpin
Pemberontakan Eikyō melawan keshogunan. Setelah Mochiuji diserang dan dihabisi,
maka berakhir pula ambisi keshogunan untuk secara langsung menguasai provinsi-provinsi
di bagian timur Jepang. Selanjutnya, putra Mochiuji yang bernama Ashikaga
Shigeuji diangkat sebagai Kamakura Kubō yang baru. Namun, Shigeuji kembali
melancarkan pemberontakan yang disebut Pemberontakan Kyōtoku. Ia melarikan diri
ke Istana Kogawa di Provinsi Shimousa, dan menyebut dirinya sebagai Kogawa Kubō
(shogun Kogawa). Keadaan daerah Kanto semakin kacau setelah klan Uesugi
terpecah dua menjadi keluarga Yamanouchi Uesugi dan keluarga Ōgigayatsu Uesugi.
Dalam keadaan
kacau, adik shogun ke-8 (Ashikaga Yoshimasa) yang bernama Ashikaga Masatomo
diutus ke wilayah Kanto. Markasnya berada di Horigoe, Provinsi Izu sehingga
disebut Horigoe Kubō (shogun Horigoe). Namun setelah meninggalnya Masatomo,
Horigoe Kubō dihancurkan oleh pengikut setia klan Imagawa yang bernama Ise
Moritoki (Hōjō Sōūn). Di Provinsi Shimousa, keturunan Ashikaga Motouji
memisahkan diri dari Kogawa Kubō, dan mendirikan Oyumi Kubō di Istana Oyumi.
Oyumi Kubō adalah pemerintah boneka bagi klan Go-Hōjō yang dibentuk dari anak
cucu Ise Moritoki.
Sementara itu
untuk memerintah Kyushu , keshogunan mendirikan
kantor Kyushu Tandai di Hakata. Imagawa Sadayo (Ryōshun) termasuk salah seorang
samurai yang pernah bertugas di Kyushu Tandai. Pada mulanya, Sadayo dikirim ke Kyushu untuk menghancurkan kekuatan militer Istana
Selatan di bawah pimpinan Pangeran Kaneyoshi. Namun Ryōshun akhirnya membangun
kekuatan militer sendiri di Kyushu sehingga
membuat Keshogunan Muromachi cemas. Setelah Ryōshun dipecat, Kyushu Tandai
dipimpin secara turun temurun oleh klan Shibugawa.
Di daerah Tohoku,
keshogunan antara lain menciptakan jabatan Ōshū Kanrei. Kantor pemerintah Kamakura (Kamakura-fu)
yang memerintah Provinsi Mutsu dan Provinsi Dewa dihapus. Sebagai penggantinya,
keshogunan untuk sementara menciptakan jabatan Inamura Kubō dan Shinokawa Kubō.
Di masa pemerintahan Ashikaga Yoshimitsu, keshogunan mendirikan Ōshū Tandai,
dan menugaskan Shiba Iekane sebagai pimpinan. Setelah Iekane meninggal dunia,
Ūshū Tandai didirikan di Provinsi Dewa, sedangkan klan Shiba yang berada di sana menyebut dirinya
sebagai klan Mogami.
![]() |
S_Pict.3: Shogun Tokugawa Ieyasu |
KESHOGUNAN
TOKUGAWA
Keshogunan
Tokugawa (徳川幕府
Tokugawa Bakufu, 1603—1868) atau Keshogunan Edo
(Edo Bakufu) adalah pemerintahan diktator militer feodalisme di Jepang yang
didirikan oleh Tokugawa Ieyasu dan secara turun temurun dipimpin oleh shogun
keluarga Tokugawa. Dalam periode historis Jepang, masa pemerintahan Keshogunan
Tokugawa disebut zaman Edo, karena ibu kota
terletak di Edo yang sekarang disebut Tokyo .
Keshogunan Tokugawa memerintah dari Istana Edo
hingga Restorasi Meiji.
Keshogunan
Tokugawa adalah pemerintahan diktator militer ketiga dan terakhir di Jepang
setelah Keshogunan Kamakura
dan Keshogunan Muromachi. Keshogunan Tokugawa dimulai pada tanggal 24 Maret 1603
dengan pengangkatan Tokugawa Ieyasu sebagai Sei-i Taishōgun dan berakhir ketika
Tokugawa Yoshinobu mengembalikan kekuasaan ke tangan kaisar (Taisei Hōkan) pada
9 November 1867.
Pemerintahan
keshogunan Tokugawa selama 264 tahun disebut sebagai zaman Edo
atau zaman Tokugawa. Periode terakhir Keshogunan Tokugawa yang diwarnai dengan
maraknya gerakan untuk menggulingkan keshogunan Tokugawa dikenal dengan sebutan
Bakumatsu.
Oda Nobunaga dan
penerusnya Toyotomi Hideyoshi merupakan pemimpin Jepang di zaman Azuchi
Momoyama yang berhasil mendirikan pemerintah pusat setelah berhasil
mempersatukan provinsi-provinsi di zaman Sengoku. Setelah Pertempuran
Sekigahara pada tahun 1600, kekuasaan pemerintah pusat direbut oleh Tokugawa
Ieyasu yang menyelesaikan proses pengambilalihan kekuasaan dan mendapat gelar
Sei-i Taishōgun pada tahun 1603. Tokugawa Ieyasu sebetulnya tidak memenuhi
syarat sebagai shogun karena bukan keturunan klan Minamoto. Agar syarat utama
menjadi shogun terpenuhi, Ieyasu memalsukan garis keturunannya menjadi
keturunan klan Minamoto agar bisa diangkat menjadi shogun. Keturunan Ieyasu
secara turun-temurun menjadi shogun dan kepala pemerintahan sampai terjadinya Restorasi
Meiji.
Di masa Keshogunan
Tokugawa, rakyat Jepang dibagi-bagi menurut sistem kelas berdasarkan pembagian
kelas yang diciptakan Toyotomi Hideyoshi. Kelas samurai berada di hirarki
paling atas, diikuti petani, pengrajin dan pedagang. Pemberontakan sering
terjadi akibat pembagian sistem kelas yang kaku dan tidak memungkinkan orang
untuk berpindah kelas. Pajak yang dikenakan terhadap petani selalu berjumlah
tetap dengan tidak memperhitungkan inflasi. Samurai yang menguasai tanah harus
menanggung akibatnya, karena jumlah pajak yang berhasil dikumpulkan semakin
hari nilainya semakin berkurang. Perselisihan soal pajak sering menyulut
pertikaian antara petani kaya dan kalangan samurai yang terhormat tapi kurang
makmur. Pertikaian sering memicu kerusuhan lokal hingga pemberontakan berskala
besar yang umumnya dapat segera dipadamkan. Kelompok anti keshogunan Tokugawa
justru semakin bertambah kuat setelah keshogunan Tokugawa mengambil kebijakan
untuk bersekutu dengan kekuatan asing.
Setelah kalah
dalam Perang Boshin yang berpuncak pada Restorasi Meiji, keshogunan Tokugawa
berhasil ditumbangkan persekutuan kaisar dengan sejumlah daimyo yang
berpengaruh. Keshogunan Tokugawa secara resmi berakhir setelah shogun Tokugawa
ke-15 yang bernama Tokugawa Yoshinobu mundur dan kekuasaan dikembalikan ke
tangan kaisar (Taisei Hōkan).
Sistem politik
feodal Jepang di zaman Edo disebut Bakuhan Taisei (幕藩体制), baku dalam "bakuhan"
berarti "tenda" yang merupakan singkatan dari bakufu (pemerintah
militer atau keshogunan). Dalam sistem Bakuhan taisei, daimyo menguasai daerah-daerah
yang disebut han dan membagi-bagikan tanah kepada pengikutnya. Sebagai
imbalannya, pengikut daimyo berjanji untuk setia dan mendukung daimyo secara
militer.
Kekuasaan
pemerintah pusat berada di tangan shogun di Edo
dan daimyo ditunjuk sebagai kepala pemerintahan di daerah. Daimyo memimpin
provinsi sebagai wilayah berdaulat dan berhak menentukan sendiri sistem
pemerintahan, sistem perpajakan, dan kebijakan dalam negeri. Sebagai imbalannya,
daimyo wajib setia kepada shogun yang memegang kendali hubungan internasional
dan keamanan dalam negeri. Shogun juga memiliki banyak provinsi dan berperan
sebagai daimyo di provinsi yang dikuasainya. Keturunan keluarga Tokugawa
disebar sebagai daimyo di seluruh pelosok Jepang untuk mengawasi daimyo lain
agar tetap setia dan tidak bersekongkol melawan shogun.
Keshogunan
Tokogawa berhak menyita, menganeksasi, atau memindahtangankan wilayah di antara
para daimyo. Sistem Sankin Kotai mewajibkan daimyo bertugas secara bergiliran
mendampingi shogun menjalankan fungsi pemerintahan di Edo .
Daimyo harus memiliki rumah kediaman sebagai tempat tinggal kedua sewaktu
bertugas di Edo . Anggota keluarga daimyo harus
tetap tinggal di Edo sebagai penjaga rumah
sewaktu daimyo sedang pulang ke daerah, sekaligus sebagai sandera kalau daimyo
bertindak di luar keinginan shogun.
Daimyo dari
keturunan klan Tokugawa dan daimyo yang secara turun temurun merupakan pengikut
setia klan Tokugawa disebut Fudai Daimyo. Sedangkan daimyo yang baru setia
kepada klan Tokugawa setelah bertekuk lutut dalam Pertempuran Sekigahara
disebut Tozama Daimyo. Golongan yang selalu mendapat perlakuan khusus disebut
Shimpan Daimyo, karena berasal tiga percabangan keluarga inti Tokugawa yang
disebut Tokugawa Gosankei (Tiga keluarga terhormat Tokugawa) yang masing-masing
dipimpin oleh putra Tokugawa Ieyasu:
Tokugawa Yoshinao,
penguasa han Owari generasi pertama
Tokugawa Yorinobu,
penguasa han Kishū generasi pertama
Tokugawa Yorifusa,
penguasa han Mito
generasi pertama.
Lambang keluarga
Tokugawa berupa Mitsuba Aoi (tiga helai daun Aoi) hanya boleh digunakan garis
keturunan utama keluarga Tokugawa dan Tokugawa Gosankei. Putra-putra lain
Tokugawa Ieyasu hanya diberi nama keluarga Matsuidara dan tidak mendapatkan
nama keluarga Tokugawa.
Di awal zaman Edo , keshogunan Tokugawa sangat kuatir terhadap Tozama
Daimyo yang dianggap memiliki kesetiaan yang tipis terhadap klan Tokugawa. Berbagai
macam strategi dirancang agar Tozama Daimyo tidak memberontak. Sanak keluarga
klan Tokugawa sering dikawinkan dengan Tozama Daimyo, walaupun sebenarnya
tujuan akhir keshogunan Tokugawa adalah memberantas habis semua Tozama Daimyo. Keshogunan
Tokugawa justru akhirnya berhasil ditumbangkan Tozama Daimyo dari Satsuma, Choshu,
Tosa, dan Hizen.
Keshogunan
Tokugawa memiliki sekitar 250 wilayah han yang jumlahnya turun naik sesuai
keadaan politik. Peringkat wilayah han ditentukan pemerintah berdasarkan total
penghasilan daerah dalam setahun berdasarkan unit koku. Penghasilan minimal
yang ditetapkan shogun untuk seorang daimyo adalah 10.000 koku. Daimyo yang
memegang wilayah makmur dan berpengaruh mempunyai penghasilan sekitar 1 juta
koku.
Keshogunan
Tokugawa menjalankan pemerintah pusat dari Edo, sedangkan penguasa sah Jepang
dipegang kaisar Jepang yang berkedudukan di Kyoto . Kebijakan pemerintahan dikeluarkan
istana kaisar di Kyoto
dan diteruskan kepada klan Tokugawa. Sistem ini berlangsung sampai kekuasaan
pemerintah dikembalikan kepada kaisar di zaman Restorasi Meiji.
Keshogunan
Tokugawa menugaskan perwakilan tetap di Kyoto
yang disebut Kyōto Shoshidai untuk berhubungan dengan kaisar, keluarga kaisar
dan kalangan bangsawan.
Keshogunan
Tokugawa mengeruk keuntungan besar dari monopoli perdagangan luar negeri dan
hubungan internasional. Perdagangan dengan kapal asing dalam jumlah terbatas
hanya diizinkan di Provinsi Satsuma dan daerah khusus Tsushima .
Kapal-kapal Namban dari Portugal
merupakan mitra dagang utama keshogunan Tokugawa yang diikuti jejaknya oleh
kapal-kapal Belanda, Inggris dan Spanyol.
Jepang berperan
aktif dalam perdagangan luar negeri sejak tahun 1600. Pada tahun 1615, misi
dagang dan kedutaan besar di bawah pimpinan Hasekura Tsunenaga melintasi
Samudra Pasifik ke Nueva Espana dengan menggunakan kapal perang Jepang bernama
San Juan Bautista. Sampai dikeluarkannya kebijakan Sakoku pada tahun 1635, shogun
masih mengeluarkan izin bagi kapal-kapal Shuisen (Kapal Segel Merah) yang ingin
berdagang dengan Asia . Setelah itu, perdagangan
hanya diizinkan dengan kapal-kapal yang datang Tiongkok dan Belanda.
Rōjū dan
Wakadoshiyori
Menteri senior (rōjū)
diangkat dari anggota keshogunan yang paling senior dan bertugas sebagai
pengawas ōmetsuke, machibugyō, ongokubugyō dan pejabat-pejabat tinggi lain. Tugas
lain menteri senior adalah berhubungan dengan berbagai kalangan, seperti istana
kaisar di Kyoto ,
kalangan bangsawan (kuge), daimyo, kuil Buddha dan Jinja, termasuk menghadiri
berbagai macam rapat seperti rapat pembagian daerah. Keshogunan Tokugawa
memiliki 4-5 menteri senior yang masing-masing bertugas sebulan penuh secara
bergantian. Shogun meminta pertimbangan menteri senior jika ada persoalan
penting yang harus diselesaikan. Pada perombakan birokrasi pada tahun 1867, posisi
menteri senior dihapus dan diganti dengan sistem kabinet, sehingga ada menteri
dalam negeri, menteri keuangan, menteri luar negeri, menteri angkatan darat dan
menteri angkatan laut.
Pada prinsipnya, Fudai
Daimyo yang memiliki wilayah kekuasaan minimal 50.000 koku memenuhi persyaratan
untuk ditunjuk sebagai menteri senior. Walaupun demikian, pejabat menteri
senior sering berasal dari birokrat yang dekat dengan shogun, seperti pejabat soba
yōnin, Kyoto shoshidai dan Osaka jōdai.
Shogun kadang kala
menunjuk seorang menteri senior untuk mengisi posisi Tairō (tetua atau
penasehat). Pejabat Tairō dibatasi hanya berasal dari klan Ii, Sakai , Doi dan Hotta, walaupun Yanagisawa
Yoshiyasu pernah juga diangkat sebagai pengecualian. Ii Naosuke merupakan Tairō
yang paling terkenal, tapi tewas dibunuh pada tahun 1860 di luar pintu gerbang
Sakurada, Istana Edo.
Sebagai kelanjutan
dari dewan rokuninshū (1633–1649) yang terdiri dari 6 anggota, keshogunan
Tokugawa membentuk dewan wakadoshiyori yang berada persis di bawah posisi
menteri senior (rōjū). Dewan wakadoshiyori terbentuk pada tahun 1662 dan
terdiri dari 4 anggota. Tugas utama dewan wakadoshiyori adalah mengurusi
hatamoto dan gokenin yang merupakan pengikut langsung shogun.
Sebagian shogun
juga mengangkat pejabat soba yōnin yang bertugas sebagai perantara antara
shogun dan rōjū. Posisi soba yōnin menjadi sangat penting pada masa shogun
Tokugawa ke-5 yang bernama Tokugawa Tsunayoshi akibat salah seorang pejabat
wakadoshiyori bernama Inaba Masayasu membunuh pejabat tairō bernama Hotta
Masatoshi. Shogun Tsunayoshi yang cemas akan keselamatan dirinya memindahkan
kantor rōjū hingga jauh dari bangunan utama istana.
Ōmetsuke dan
Metsuke
Pejabat yang
melapor kepada rōjū and wakadoshiyori disebut ōmetsuke dan metsuke. Lima orang pejabat
ōmetsuke diberi tugas memata-matai para daimyo, kalangan bangsawan (kuge) dan
istana kaisar agar segala usaha pemberontakan bisa diketahui sejak dini.
Di awal zaman Edo , daimyo seperti Yagyū Munefuyu pernah ditunjuk
sebagai pejabat ōmetsuke. Selanjutnya, jabatan ōmetsuke cuma diisi oleh
hatamoto yang berpenghasilan minimal 5.000 koku. Shogun sering menaikkan
penghasilan ōmetsuke menjadi 10.000 koku agar ōmetsuke bisa dihargai dan
berkedudukan sejajar dengan daimyo yang sedang diawasi. Pejabat ōmetsuke juga
menerima gelar kami, seperti Bizen-no-kami yang berarti penguasa provinsi Bizen.
Sejalan dengan
perkembangan waktu, fungsi pejabat ōmetsuke berubah menjadi semacam kurir yang
menyampaikan perintah dari keshogunan Tokugawa ke para daimyo. Pejabat ōmetsuke
juga diserahi tugas melangsungkan upacara seremonial di lingkungan Istana Edo. Pengawasan
kehidupan beragama dan pengendalian senjata api merupakan tanggung jawab
tambahan pejabat ōmetsuke.
Pejabat metsuke
melapor kepada wakadoshiyori dan bertugas sebagai polisi militer bagi shogun. Tugasnya
mengawasi ribuan hatamoto and gokenin yang berpusat di Edo. Masing-masing
wilayah han juga memiliki metsuke yang berfungsi sebagai polisi militer bagi para
samurai.
San-bugyō
Pelaksanaan
pemerintahan dilakukan oleh san-bugyō (tiga lembaga administrasi): jishabugyō, kanjōbugyō
dan machibugyō. Pejabat jishabugyō berstatus paling elit karena para pejabat
selalu berhubungan dengan kuil Buddha (ji) dan kuil Shinto (sha) dan diberi hak
penguasaan atas tanah. Pejabat jishabugyō juga menerima pengaduan dari pemilik
tanah di luar 8 provinsi Kanto. Pejabat jishabugyō ditunjuk dari kalangan
daimyo, dengan Ōoka Tadasuke sebagai pengecualian.
Pejabat kanjōbugyō
yang terdiri dari 4 orang melapor langsung kepada rōjū. Tugasnya sebagai
auditor keuangan keshogunan Tokugawa.
Pejabat machibugyō
merupakan pelaksana pemerintahan tingkat lokal. Tugasnya merangkap-rangkap
sebagai walikota, kepala polisi, kepala pemadam kebakaran, dan hakim pengadilan
pidana dan hukum perdata, tapi tidak bertanggung jawab terhadap samurai. Pejabat
machibugyō yang terdiri dari 2 orang (pernah juga sampai 3 orang) biasanya
diambil dari hatamoto, bertugas bergantian selama satu bulan penuh.
Tiga orang pejabat
machibugyō menjadi terkenal berkat film samurai (jidaigeki), pejabat bernama
Ōoka Tadasuke dan Tōyama Kinshirō (Tōyama
no Kinsan) selalu digambarkan sebagai pahlawan, sedangkan Torii Yōzō sebagai
penjahat.
Pejabat san-bugyō
merupakan anggota dari dewan yang disebut Hyōjōsho. Anggota dewan hyōjōsho
bertanggung jawab dalam soal administrasi tenryō, mengawasi gundai, daikan dan
kura bugyō. Selain itu, anggota dewan hyōjōsho juga hadir sewaktu diadakan
dengar pendapat sehubungan dengan kasus yang melibatkan samurai.
Tenryō, Gundai
dan Daikan
Shogun juga
menguasai secara langsung tanah di berbagai daerah di Jepang. Tanah milik
shogun disebut Bakufu Chokkatsuchi yang sejak zaman Meiji disebut sebagai
Tenryō. Shogun memiliki tanah yang sangat luas, mencakup daerah-daerah yang
sudah sejak dulu merupakan wilayah kekuasaan Tokugawa Ieyasu, ditambah wilayah
rampasan dari para daimyo yang kalah dalam Pertempuran Sekigahara, serta
wilayah yang diperoleh dari pertempuran musim panas dan musim dingin di Osaka. Di
akhir abad ke-17, seluruh wilayah kekuasaan Tokugawa bernilai 4 juta koku. Kota perdagangan seperti Nagasaki
dan Osaka , berbagai
lokasi pertambangan seperti tambang emas di Sado termasuk ke dalam wilayah
kekuasaan langsung shogun.
Wilayah kekuasaan
shogun tidak dipimpin oleh daimyo melainkan oleh pelaksana pemerintahan yang
memegang jabatan gundai, daikan, dan ongoku bugyō. Kota-kota penting seperti
Osaka, Kyoto and Sumpu dipimpin oleh machibugyō, sedangkan kota pelabuhan
Nagasaki dipimpin oleh Nagasaki bugyō yang ditunjuk oleh shogun dari hatamoto
yang sangat setia pada shogun.
Sumber: Wikipedia
0 komentar: