Minamoto no
Yoshitsune (源
義経
atau 源
義經)
(1159 - 15 Juni 1189) adalah samurai klan Minamoto di akhir zaman Heian yang
berasal dari klan Kawachi Genji. Yoshitsune adalah adik lain ibu dari pendiri
Keshogunan Kamakura, Minamoto no Yoritomo. Nama aliasnya adalah Kurō Yoshitsune.
Yoshitsune
dilahirkan sebagai Ushiwakamaru, putra ke-9 dari kepala klan Kawachi Genji
bernama Minamoto no Yoshitomo. Setelah ayahnya terbunuh dalam Pemberontakan
Heiji melawan Taira no Kiyomori, Ushiwakamaru dititipkan di kuil Kurama. Selanjutnya
ia dipindahkan ke Hiraizumi di Mutsu, dan dititipkan kepadaFujiwara no Hidehira
yang menjabat kepala klan Ōshū Fujiwara sekaligus penguasa Mutsu. Sementara itu,
kakak tertua Yoshitsune, Yoritomo terus memimpin perlawanan untuk menggulingkan
klan Taira yang disebut Pemberontakan zaman Jishō-Jūei (Perang Genpei). Setelah
dewasa, Yoshitsune bergabung membantu Yoritomo, dimulai dariPertempuran Ichi-no-Tani,
Pertempuran Yashima, hingga akhirnya klan Minamoto berhasil menghancurkan
armada klan Taira dalam Pertempuran Dan-no-ura. Walaupun berjasa besar sebagai
pemimpin perang, Yoshitsune tidak diberi penghargaan yang pantas oleh Yoritomo,
dan sebagian wilayah kekuasaannya dirampas. Yoshitsune dianggap memperlihatkan
sikap memberontak sehingga dicap sebagai musuh kaisardan menjadi buronan di
seluruh negeri. Dalam pelariannya, Yoshitsune meminta perlindungan klan Ōshū
Fujiwara yang pernah membesarkannya. Fujiwara no Yasuhiraberhasil didesak
Yoritomo agar menangkap Yoshitsune. Yasuhira menyerang Yoshitsune yang sedang
berada di Koromogawa no tachi (sekarang ada di kota Ōshū,Prefektur Iwate). Yoshitsune yang
sudah terkepung akhirnya bunuh diri.
Kematian
Yoshitsune menerima banyak simpati dari banyak orang. Dari kisah Yoshitsune
dikenal istilah Hōgan biiki (判官贔屓) yang merupakan ungkapan simpati orang Jepang terhadap
pihak yang kalah (istilah ini tidak dibaca sebagai Han-gan biiki).Hōgan adalah
jabatan yang diberikan kaisar kepada Yoshitsune, sedangkan hiiki berarti "simpati"
atau "melindungi". Ungkapan ini kurang lebih berarti, "Pihak
yang lemah dengan alasan ia lemah, maka banyak orang yang bersimpati."
Minamoto no
Yoshitomo dan Tokiwa Gozen memberi nama Ushiwakamaru kepada putra ke-9 mereka
yang nantinya dikenal sebagai Minamoto no Yoshitsune. Pada tahun 1159, setelah
ayahnya ikut dalam Pemberontakan Heiji dan tewas, Ushiwakamaru bersama dua
orang kakaknya, Imawaka dan Otowaka dibawa lari oleh ibunya ke tengah gunung di
Provinsi Yamato untuk menghindar dari hukuman mati. Tokiwa Gozen akhirnya
keluar dari persembunyian dan menyerahkan diri kepada Taira no Kiyomori setelah
mengetahui ibunya tertangkap. Sebagai pengganti nyawa ibunya dan ketiga orang
putranya, Tokiwa Gozen bersedia dijadikan wanita simpanan Kiyomori.
Setelah ibunya
menjadi selir seorang kuge bernama Ichijō Naganari, Ushiwakamaru yang waktu itu
masih berusia 7 tahun dititipkan di kuil Kurama. Nama panggilannya saat itu
Shanaou (Shanaō). Di usianya yang ke-11 (15 tahun dalam cerita versi lain), Ushiwakamaru
baru mengetahui identitas dirinya yang sebenarnya. Menurut legenda, Ushiwakamaru
menerima pelajaran pedang di kuil Kurama dari seorang ksatria bertopeng Tengu
yang kemungkinan besar sisa-sisa pengikut ayahnya (Minamoto no Yoshitomo). Di
usia ke-16, Ushiwakamaru berada di bawah pengawasan Fujiwara no Hidehira yang
menjadi Chinjufu shōgun di Hiraizumi, Provinsi Oshu. Setelah itu, Ushiwakamaru
menjalani upacara kedewasaan (genbuku) di kuil Atsuta Jingū, Provinsi Owari
yang dulu merupakan wilayah kekuasaan ayahnya. Sebagai orang dewasa, Ushiwakamaru
mendapat nama Yoshitsune. Nama "Yoshitsune" diambil dari aksara kanji
"yoshi" (義) yang turun-temurun dipakai klan Minamoto, sedangkan "tsune"
(経)
diambil dari nama Minamoto no Tsunemoto (cucu Kaisar Seiwa).
Di zaman Jishō
tahun 4 (1180), Yoshitsune pergi menolong kakaknya, Minamoto no Yoritomo yang
sedang berperang melawan klan Taira di Provinsi Izu. Fujiwara no Hidehira
mengutus dua bersaudara, Satō Tsugunobu dan Satō Tadanobu beserta 80 pasukan
berkuda untuk membantu Yoshitsune. Yoshitsune bertemu dengan Yoritomo di front
Sungai Kise (sekarang terletak di Prefektur Shizuoka ). Pada saat itu, pasukan Yoritomo
yang baru saja menang dalam Pertempuran Fujigawa. Yoshitsune diserahi tugas
oleh Yoritomo sebagai pemimpin pasukan klan Minamoto dalam menghadapi klan
Taira. Pada waktu itu, Yoritomo ingin mundur ke markasnya di Kamakura agar bisa berkonsentrasi pada
pembentukan pemerintahan militer wilayah Kanto.
Pada tahun
berikutnya, Yoshitsune yang memimpin kekuatan militer Kamakura mengalahkan sepupunya, Minamoto no
Yoshinaka di Pertempuran Ujigawa. Pada tahun 1183, Yoshitsune memimpin pasukan
untuk memasuki Kyoto
sebagai wakil Yoritomo. Pasukan klan Taira yang sudah diusir dari Kyoto oleh pasukan
Yoshinaka ternyata berhasil menggalang kekuatan di sebelah barat negeri, dan
sudah bergerak maju sampai di Fukuhara. Yoshitsune bersama kakaknya (Minamoto
no Noriyori) diperintahkan untuk menghancurkan pasukan klan Taira. Pasukan
penyerang dari belakang yang dipimpin Yoshitsune berangkat ke Provinsi Harima
dengan mengambil jalan memutar. Di tengah perjalanan, Minamoto no Yukitsuna dan
kawan-kawan turut bergabung dengan pasukan Yoshitsune. Sementara itu, Noriyori
berangkat dengan memimpin pasukan utama yang akan menyerang dari depan. Kedua
pasukan yang dipimpin Yoshitsune dan Noriyori berhasil menghancurkan pasukan
klan Taira dalam Pertempuran Ichi-no-Tani.
Seusai Pertempuran
Ichi-no-Tani (1184), Kaisar Goshirakawa mengangkat Yoshitsune dengan berbagai
jabatan dan gelar kehormatan. Selain itu, Yoshitsune mendapat hak istimewa
untuk masuk ke bagian istana yang hanya boleh dimasuki kaisar dan keluarganya. Di
bulan September tahun yang sama, Yoshitsune menikah dengan Satō Gozen.
Pada bulan
Februari 1185, Yoshitsune berangkat ke Provinsi Sanuki di Pulau Shikoku untuk menyerang basis klan Taira di sepanjang
pantai Laut Pedalaman Seto. Pertempuran ini dikenal sebagai Pertempuran Yashima
dan pasukan Yoshitsune menang besar atas pasukan klan Taira. Kemenangan pasukan
Yoshitsune memberi kekuatan moral bagi pasukan Kamakura yang langsung mengumpulkan kapal-kapal
untuk menyerbu Pulau Hiko yang merupakan benteng pertahanan terakhir klan Taira.
Pada bulan April 1185, klan Minamoto berhasil menghabisi klan Taira dalam
Pertempuran Dan-no-Ura.
Strategi berperang
yang jitu dan kecerdasannya dalam Perang Genpei membuat nama Yoshitsune sering
disebut-sebut dalam legenda maupun buku sejarah sebagai panglima yang mampu
mengubah jalannya pertempuran. Seusai perang, Yoshitsune diangkat sebagai wakil
Yoritomo dan berdiam di ibu kota
Heian-kyo, atau di Istana Horikawa yang merupakan rumah utama kediaman klan
Kawachi Genji.
Setelah
menghancurkan klan Taira, Yoshitsune berselisih dengan kakaknya sendiri. Keinginan
Yoshitsune untuk berdiri sendiri tidak terkabulkan dan malah menjadi musuh
kaisar dan menjadi buronan di seluruh negeri.
Pada 15 April 1185,
Yoritomo merasa tidak senang kaisar mengangkat kelompok samurai dari Kanto
tanpa rekomendasi informal darinya lebih dulu. Yoritomo memerintahkan kelompok
samurai tersebut untuk tetap berada di Heian-kyo, dan mengabaikan perintah
kembali ke wilayah Kanto. Pada bulan yang sama, saingan Yoshitsune sekaligus
perwira bekas pendamping Yoshitsune, Kajiwara Kegetoki mengirim surat kepada Yoritomo. Di
dalam surat ini,
Kagetoki menulis bahwa Yoshitsune telah berlagak sebagai satu-satunya pahlawan yang
berjasa dalam menghancurkan klan Taira. Sementara itu, Yoshitsune tidak
mengindahkan perintah Yoritomo dan tetap membawa Taira no Munemori dan putranya
sebagai tawanan ke Kamakura .
Yoshitsune berangkat dari Heian-kyo menuju Kamakura pada 7 Mei 1185. Sesampainya
Yoshitsune di Kamakura, Yoritomo secara terang-terangan tidak mengizinkannya
memasuki kota . Yoshitsune
waktu itu dipaksa menunggu di kuil Manpuku-ji yang ada di Koshigoe, pinggiran kota Kamakura , dan hanya
para tawanan saja yang diizinkan masuk kota .
Pada 24 Mei 1185, Yoshitsune menulis surat
pernyataan yang ditujukan kepada Yoritomo bahwa dirinya tidak bermaksud
memberontak. Surat
ini nantinya terkenal sebagai Surat Koshigoe (Koshigoe-jō) dan dititipkannya
kepada Ōe no Hiromoto yang merupakan pengikut tepercaya Yoritomo. Surat bernada protes ini
tidak ditanggapi Yoritomo.
Yoritomo memiliki
sejumlah alasan untuk menyingkirkan Yoshitsune, termasuk kenaikan pangkat dan
golongan yang diterima Yoshitsune dari kaisar tanpa persetujuan Yoritomo. Alasan
lain adalah pertengkaran mengenai strategi sewaktu bertempur antara Yoshitsune dengan
Kajiwara Kagetoki yang merupakan pengikut setia Yoritomo. Dalam persiapan
menyerang posisi klan Taira, Yoshitsune pernah berselisih dengan Kagetoki
sehubungan dengan perintah penggunaan kapal perang. Kagetoki melaporkan kepada
Yoritomo tentang perbuatan Yoshitsune yang dianggap melanggar disiplin militer
dan menurunkan moral prajurit. Laporan Kagetoki memang selalu dipercaya
Yoritomo.
Di lain pihak, rakyat
sangat menyenangi Yoshitsune sebagai pahlawan yang berhasil menghancurkan klan
Taira. Kepopuleran Yoshitsune di mata rakyat menyebabkan kedudukan Yoritomo
sebagai pemimpin klan Minamoto menjadi terancam. Yoritomo begitu kesal karena dirinya
sendiri tidak cukup diberi wewenang dari kaisar untuk memberi kenaikan pangkat
dan golongan bagi para bawahan. Selain itu, Surat Koshigoe yang ditulis
Yoshitsune diperkirakan membuat kemarahan Yoritomo menjadi memuncak. Surat tersebut
ditandatangani Yoshitsune sebagai "Minamoto no Yoshitsune", dan
Yoritomo menganggap Yoshitsune memakai nama klan Minamoto untuk kepentingan
pribadi. Pada waktu itu, Yoritomo memang baru saja mengeluarkan perintah
tentang penggunaan nama keluarga Minamoto. Selain itu, di dalam pemerintahan
Yoritomo sedang berlangsung pemberian gelar dan jabatan berdasarkan jasa-jasa. Yoritomo
memang bermaksud tidak mengizinkan Yoshitsune dan Noriyori untuk menggunakan
nama keluaga Minamoto. Nama keluarga Minamoto hanya boleh dipakai Yoritomo
sendiri, dan sebagian kecil penasehat senior yang masih kerabat dekat.
Sewaktu masih di Kamakura , Yoshitsune
diberi peringatan oleh Yoritomo karena menerima kenaikan pangkat dari kaisar
tanpa seizin Yoritomo. Yoritomo melarang Yoshitsune untuk kembali ke Kamakura dan wilayah
kekuasaannya dirampas. Pada 9 Juni 1185, Yoshitsune diperintahkan untuk kembali
ke Kyoto dengan membawa Taira no Shigehira, Taira
no Munemori serta putranya kembali ke Kyoto .
Tentang kekecewaannya terhadap Yoritomo, Yoshitsune berpidato di hadapan para
pasukan, "Untuk semua yang dendam dengan Yoritomo, kamu harus berpihak
padaku." Ucapan Yoshitsune ini disampaikan ke Yoritomo yang menjadi berang
dan langsung menyita semua wilayah kekuasaan Yoshitsune satu demi satu. Sementara
itu, Yoritomo bertugas menghukum penggal pasangan bapak-anak Taira no Munemori
di Provinsi Ōmi, dan mengirim Taira no Shigehira ke kuil Tōdaiji yang dulu
pernah dibakar Shigehira. Sekembalinya Yoshitsune di Kyoto, Yoritomo merasa
perlu mengetahui kegiatan Yoshitsune yang waktu itu sedang berada di rumah
kediaman bernama Rokujōhorikawa. Pada bulan September 1185, Yoritomo mengutus
Kajiwara Kagesue untuk menyelidiki Yoshitsune. Seperti pernah dilakukan
terhadap Minamoto no Yoshinaka, kali ini Yoritomo memerintahkan Yoshitsune untuk
membunuh pamannya sendiri, Minamoto no Yukiie yang berpihak pada Yoshinaka. Yoshitsune
menolak perintah Yoritomo karena sedang sakit karena terlalu lelah bertempur
dan tidak mau membunuh sesama Minamoto.
Di bulan
berikutnya (Oktober 1185), Yoritomo memutuskan untuk menghabisi Yoshitsune. Yoritomo
mengirim prajuritnya yang bernama Tosanobō Shōshun ke Kyoto . Pada 17 Oktober 1185, Tosanobō Shōshun
dan sekitar 60 prajurit berkuda datang menyerbu ke rumah kediaman Yoshitsune di
Horikawa. Minamoto no Yukiie yang berpihak pada Yoshitsune sudah menantikan
kedatangan mereka dan penyerbuan berakhir dengan kekalahan pihak penyerang. Tosanobō
Shōshun malah berhasil ditawan dan mengaku bahwa mereka hanya menjalankan perintah
Yoritomo. Sementara itu, sang paman, Minamoto no Yukiie dan pengikutnya juga
ikut menyatakan perang untuk menggulingkan Yoritomo. Yukiie dan pengikutnya
sekali lagi berhasil mendapat restu dari Kaisar Go-Shirakawa untuk
menyingkirkan Yoritomo. Tanggal 24 Oktober 1185 ternyata bertepatan dengan
upacara agama Buddha (Hōyō) untuk memperingati hari meninggalnya ayah Yoritomo
dan Yoshitsune. Pengikut klan Minamoto banyak yang berkumpul di kediaman
Yoritomo di Kamakura
untuk mengikuti upacara, dan sangat sedikit pengikut Yukiie yang setuju dengan
rencana penyerangan terhadap Yoritomo. Keadaan makin bertambah buruk karena
setelah itu kaisar mengeluarkan perintah untuk membunuh Yoshitsune.
Pada 29 Oktober 1185,
Yoritomo memimpin pasukan untuk menghabisi Yoshitsune. Setelah mendengar
rencana penyerangan pasukan Yoritomo, Yoshitsune merencanakan pergi ke Kyushu
dan menggalang kekuatan di sana .
Ketika pasukan Yoritomo sudah menyeberangi Sungai Kisegawa di Provinsi Suruga
pada 1 November 1185, Yoshitsune dan pasukan meninggalkan Kyoto untuk bergabung dengan klan Kikuchi di
Kyushu. Armada kapal Yoshitsune berangkat menuju Kyushu dari Pelabuhan Ōmonoura,
Provinsi Settsu (sekarang kota Amagasaki ). Di tengah perjalanan, kapal-kapal
Yoshitsune tenggelam dihantam badai. Kapal-kapal yang tersisa terpaksa kembali
di Provinsi Settsu dan rencana melarikan diri ke Kyushu
menjadi batal. Sementara itu, Kaisar Goshirakawa pada 11 November 1185 mengeluarkan
perintah penangkapan atas Yoshitsune dan Yukiie dan keduanya dalam status buron
di semua provinsi. Keinginan Yoritomo untuk menangkap Yoshitsune begitu besar
hingga mengutus Hōjō Tokimasa ke Kyoto
untuk berunding supaya diberi kekuasaan untuk mengerahkan semua shugo dan jitō
di semua provinsi untuk menangkap Yoshitsune.
Yoshitsune dan pengikutnya
semakin terdesak, dan bersembunyi di kuil di Pegunungan Yoshino bersama
selirnya, Shizuka Gozen. Tempat persembunyian mereka berhasil diketahui dan
Yoshitsune diserang. Penyerbuan ini berakibat pada tertangkapnya Shizuka Gozen,
namun Yoshitsune berhasil melarikan diri dan meminta perlindungan kepada
Fujiwara no Hidehira. Sebagai buronan, Yoshitsune berhasil lepas dari berbagai
usaha penangkapan. Yoshitsune meneruskan perjalanan hingga sampai di Provinsi
Mutsu dan bersembunyi di Hiraizumi. Menurut legenda, perjalanan Yoshitsune dan
pengikutnya menuju Provinsi Mutsu dilakukannya lewat rute Hokurikudō (pulau Honshu sisi Laut Jepang) sambil menyamar di antara
rombongan Yamabushi yang meminta sumbangan bagi pembangunan kembali kuil Tōdaiji.
Fujiwara no
Hidehira kuatir dengan kekuatan militer Yoritomo yang terus bergerak ke arah
barat Kanto sampai ke Provinsi Mutsu dengan alasan untuk menghabisi Yoshitsune.
Hidehira bermaksud menjadikan Yoshitsune sebagai shogun untuk menumbangkan
pemerintah Kamakura
pimpinan Yoritomo, tapi tidak sempat karena lebih dulu meninggal pada 29 Oktober
1187. Putra pewaris Hidehira, Fujiwara no Yasuhira berhasil ditekan Yoritomo
untuk mau bekerja sama menghabisi Yoshitsune. Yasuhira melanggar wasiat sang
ayah agar melindungi Yoshitsune dan membunuh adiknya sendiri, Fujiwara no
Yorihira yang merupakan sahabat dekat dan pelindung Yoshitsune. Cerita lain
mengatakan bukan Fujiwara no Yorihira yang dibunuh, melainkan Fujiwara no
Tadahira. Pada 30 April 1189, sekitar 500 pasukan berkuda menyerang Yoshitsune
yang hanya dilindungi belasan pasukan berkuda. Pada waktu diserang, Yoshitsune
sedang berada di tempat bernama Koromogawa no tachi yang merupakan wilayah
Fujiwara no Motonari (sekarang tempat ini disebut kota Ōshū). Dalam keadaan terkepung pasukan
Hidehira, Yoshitsune sama sekali tidak berniat melawan, dan malah mengunci diri
di ruang altar keluarga (jibutsudō). Setelah membunuh istri dan anak
perempuannya yang masih berusia 4 tahun, Yoshitsune bunuh diri. Yoshitsune
meninggal di usia 31 tahun.
Potongan kepala
Yoshitsune dikirim ke Kamakura
dengan dikawal adik Fujiwara no Yasuhira yang bernama Fujiwara no Takahira. Perjalanan
ke Kamakura memakan waktu 43 hari, dan berdasarkan identifikasi potongan kepala
oleh Wada Yoshimori dan Kajiwara Kagetoki, bisa dipastikan potongan kepala
tersebut adalah milik Minamoto no Yoshitsune.
Menurut legenda, potongan
kepala Yoshitsune dikuburkan dan dipuja di kuil Shirahata yang terletak di Fujisawa . Di kuil
tersebut sekarang masih bisa dijumpai sumur tempat mencuci potongan kepala
Yoshitsune.
Yoshitsune
memiliki 5 kakak laki-laki dan 1 adik laki-laki. Tiga orang kakak Yoshitsune
merupakan kakak tiri dari lain ibu, secara berturut-turut: Yoshihira, Yoritomo,
dan Noriyori. Ibu kandung Yoshitsune bernama Tokiwa Gozen. Selain Yoshitsune, Tokigawa
Gozen masih memiliki 2 orang putra lagi yang bernama Ano Zenjō dan Gien. Kedua
kakak Yoshitsune ini hidup sebagai biksu. Setelah menikah dengan suami kedua (Ichijō
Naganari), Tokiwa Gozen melahirkan seorang putra bernama Ichijō Yoshinari.
Istri sah
Yoshitsune adalah putri dari Kawagoe Shigeyori, sedangkan selirnya bernama
Shizuka Gozen yang berprofesi sebagai Shirabyoshi. Keturunan Yoshitsune
semuanya terdiri dari 3 orang putra, 2 orang putri. Satu-satunya putra
Yoshitsune dengan Shizuka Gozen meninggal karena dibuang segera setelah
dilahirkan di Yuigaura, Kamakura .
Selama berada di
Provinsi Mutsu dan sebelum berselisih dengan Yoritomo, Yoshitsune sempat
menikah dengan seorang wanita dan dikaruniai seorang anak perempuan. Putri
Yoshitsune ini menikah dengan Minamoto no Aritsuna dari Izu (cucu Minamoto no
Yorimasa dari klan Minamoto Settsu).
Sampai sekarang
belum ditemukan lukisan potret Yoshitsune yang digambar oleh pelukis dari zaman
yang sama. Berdasarkan bukti helm dan mantel tempur yang sekarang disimpan di
kuil Ōyamazumi, tinggi badan Yoshitsune diperkirakan sekitar 150 cm.
Kisah Heike
Monogatari mulai dikumpulkan tidak lama setelah Yoshitsune meninggal. Di dalam
kisah ini, penampilan Yoshitsune digambarkan dengan teliti, di antaranya "pria
berperawakan kecil, berkulit putih, dengan gigi sedikit tonggos". Penulis
Heike Monogatari mungkin sengaja ingin mendiskreditkan sosok Yoshitsune, atau
penilaian publik terhadap Yoshitsune pada waktu itu tidak terlalu baik. Dalam
cerita lain mengenai Yoshitsune, Gikeiki (Kisah Yoshitsune), penampilan
Yoshitsune justru sama sekali tidak disebut-sebut. Dalam cerita Heiji
Monogatari, ibu kandung Yoshitsune (Tokigawa Gozen) digambarkan sebagai wanita
yang luar biasa cantik pada zaman itu, sehingga dijadikan istri simpanan
Minamoto no Yoshitomo (ayah Yoshitsune). Di dalam Heiji Monogatari, ayah Yoshitsune
juga digambarkan sebagai pria tampan berpenampilan dingin.
Di zaman Edo , kisah Yoshitsune mulai banyak dipentaskan sebagai
naskah kabuki dan sarugaku. Yoshitsune selalu ditampilkan sebagai pria tampan, dan
sejak itu pula citra Yoshitsune sebagai pria tampan melekat hingga sekarang.
Yoshitsune terus
dikenang orang sebagai ahli strategi berperang yang ulung namun harus mati
dengan tragis. Orang Jepang mengungkapkan simpati kepada pihak yang lemah
dengan mengambil contoh nasib Yoshitsune. Istilah Hōgan biiki berasal dari kata
Hōgan yang digunakan untuk menyebut posisi yang diberikan Kaisar Go-Shirakawa
kepada Yoshitsune. Perjalanan hidup Yoshitsune sering dikisahkan banyak orang, dan
terus ditambah-tambah hingga menjadi cerita fiksi atau legenda. Kisah
kepahlawanan Yoshitsune akhirnya menjadi lebih hebat dari kisah kehidupan yang
sebenarnya.
Di antara legenda
Yoshitsune yang paling terkenal adalah adegan duel antara Yoshitsune dengan
Musashibō Benkei di Jembatan Gojō. Selain itu terdapat kisah Yoshitsune belajar
seni berperang dari buku seni berperang Tiongkok, Liu tao dan San lue yang
didapatnya dari hasil mencuri bersama Putri Minatsuru, anak dari Kiichi Hōgen
seorang ahli Onmyōdō. Sementara itu, Musashibō Benkei terkenal dengan kisah
Pertempuran Koromogawa. Benkei mempertahankan jembatan menuju istana melawan
ratusan prajurit supaya Yoshitsune yang ada di dalam bisa melakukan bunuh diri.
Peristiwa kematian Benkei dikenal dengan sebutan Benkei no Tachi Ōjō, karena
Benkei tewas sambil terus berdiri dengan kaku. Kisah-kisah seperti ini mulai
diceritakan orang di zaman Muromachi atau sekitar 200 tahun sesudah kematian
Yoshitsune dalam cerita berjudul Gikeiki (Kisah Yoshitsune). Yoshitsune
dikatakan banyak membaca buku kunci (tora no maki) dalam seni berperang seperti
Liu tao sehingga bisa menang dalam Perang Genpei.
Simpati rakyat
terhadap Yoshitsune melahirkan kisah-kisah bahwa Yoshitsune tidak tewas di
Koromogawa. Yoshitsune berhasil menyelamatkan diri dan lari ke negeri di
sebelah utara. Salah satu Otogizōshi asal zaman Muromachi yang berjudul Onzōshi
shimawatari dijadikan model untuk Legenda perjalanan Yoshitsune ke negeri utara.
Dalam cerita Onzōshi shimawatari, Yoshitsune yang masih remaja dan belum jadi
musuh Yoritomo, pergi menyeberang ke Watarijima (sebutan untuk Hokkaido sekarang). Di
tengah perjalanan, Yoshitsune bertemu dengan berbagai macam monster dan makhluk
mengerikan. Sejalan dengan bertambahnya pengetahuan orang Jepang pada waktu itu
tentang Suku Ainu, para pencerita keliling menambah-nambah kisah Onzōshi
shimawatari. Cerita tersebut akhirnya berubah menjadi legenda Yoshitsune
melarikan diri ke Hokkaido dan menjadi raja
Suku Ainu di sana .
Di antara berbagai
kisah pelarian Yoshitsune ke negeri utara, legenda Yoshitsune menjadi Jenghis
Khan adalah legenda yang paling aneh di Jepang. Legenda ini didasarkan pada
beberapa kebetulan. Yoshitsune diduga bunuh diri pada tahun 1189, sedangkan
nama Jenghis Khan pertama kali disebut-sebut dalam buku sejarah Tiongkok di sekitar
tahun 1200. Dalam legenda Yoshitsune adalah Jenghis Khan, Yoshitsune melarikan
diri ke Hokkaido
dan menyeberang ke daratan Tiongkok. Di dataran Mongolia ,
Yoshitsune menjadi pemersatu berbagai suku Mongolia dan diangkat sebagai
Jenghis Khan.
Asal-usul kisah
ini adalah lambang Jenghis Khan yang mirip dengan lambang klan yang disebut
Sasarindō pada bendera klan Minamoto. Aksara kanji untuk menuliskan nama
Minamoto no Yoshitsune, bila dibaca seperti membaca aksara hanzi berbunyi "Gengikei"
yang agak terdengar seperti "Jenghis". Legenda ini memang tidak
didasarkan bukti-bukti yang bisa dipercaya. Lambang Sasarindō hanya dipakai
klan Minamoto (Murakami Genji), sedangkan Yoshitsune walaupun menyandang nama
Minamoto, berasal dari klan Seiwa Genji yang tidak memakai lambang klan
Sasarindō. Walaupun Jenghis Khan diketahui memiliki tahun lahir yang berbeda-beda,
Jenghis Khan berasal dari garis keturunan yang jelas dan tidak ada hubungannya
dengan Yoshitsune.
Legenda Jengis
Khan adalah Yoshitsune dibuat orang Jepang yang mulai melihat ke utara pada
zaman Edo . Pada waktu itu juga beredar cerita
palsu tentang Kaisar Qianlong asal Dinasti Qing yang mengaku "nenek
moyangnya adalah keturunan klan Minamoto, namanya Yoshitsune. Aksara kanji
untuk 'Qing' berasal dari aksara kanji yang digunakan untuk menulis nama Kaisar
Seiwa." Lebih jauh lagi menurut dokumen palsu berjudul Kinshi Beppon (Buku
Lain Sejarah Dinasti Jin) yang merupakan karangan orang Jepang,[2] Minamoto no
Yoshitsune merupakan salah satu jenderal Dinasti Jin.
Sumber:
Wikipedia
0 komentar: